Rabu, 20 Maret 2013

Makalah Sistem Pencernaan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Setiap hewan untuk mempertahankan kondisi tubuhnya dalam kelangsungan hidupnya memerlukan energi dalam jumlah yang cukup,  energi yang dibutuhkan tersebut dapat dicukupi dari makanan. Dan dari makanan itu pula makhluk hidup untuk bertahan hidup sampai batas umur hewan tersebut. Makanan merupakan sumber energi dan sumber bahan baku untuk membangun tubuh. Akan tetapi makanan yang masuk ke dalam tubuh makhluk hidup seringkali masih dalam ukuran yang terlalu besar dan kopleks sehingga energi yang terkandung didalamnya tidak dapat langsung digunakan. Maka hewan tersebut harus mencerna makanan terlebih dahulu untuk dapat memanfaatkan energi yang terkandung di dalamnya. Makanan tanpa melalui berbagai perlakuan pada proses pencernaan tidak dapat bermanfaat bagi tubuh, karena susunan molekul makanan sangat kompleks sehingga tidak dapat diserap oleh tubuh
Sistem pencernaan selanjutnya ditindak lanjuti terjadi proses kimia yang menghasilkan zat-zat sampah. Zat sampah tersebut apabila dibiarkan menumpuk dapat meracuni dan berbahaya bagi tubuh. Maka untuk menghindari masalah akibat penumpukan zat-zat tersebut, sampah harus dikeluarkan dari tubuh suatu makhluk hidup tersebut. Sistem pencernaan makanan pada berbagai hewan berbeda antara sistem pencernaan makanan hewan tingkat rendah dan sistem pencernaan makanan hewan tingkat tinggi.
Pada pembahasan makalah ini akan mencoba menjelaskan mengenai sistem pencernaan makanan pada hewan tingkat rendah.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan penyusunan makalah ini adalah
a.       Apa itu sistem pencernaan ?
b.      Bagaimanakah sistem pencernaan makanan pada hewan tingkat rendah ?
c.       Apasajakah yang tergolong hewan tingkat rendah dan bagaimana mekanisme pencernaan makananya ?

1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui mekanisme sistem pencernaan makanan pada hewan tingkat rendah.
1.4  Manfaat
Bagi mahasiswa :
a.    Mengetahui mekanisme sistem pencernaan makanan pada hewan tingkat rendah.
Bagi penulis :
a.    Membiasakan belajar bekerja keras,  gemar mencari informasi baru.


BAB II
PEMBAHASAN
v Sistem Pencernaan Makanan Pada Hewan Tingkat Rendah
Sistem pencernaan makanan hewan tingkat rendah tidak memiliki sistem pencernaan seperti sistem pencernaan makanan hewan tingkat tinggi. Contohnya pencernaan makanan pada hewan bersel satu amoeba yang dimana pencernaan makanannya berlangsung pada sel itu sendiri. Jika ada makanan amoeba akan bergerak menuju makanan tersebut dan mengelilingi makanan tersebut dengan peupodium (kaki semu). Makanan tersebut terkurung oleh kaki semu dan terbentuk vakuola makanan. Di dalam vakuola ini makanan dicerna, kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Sari-sari makanan diedarkan ke dalam sitoplasma dan sisa makanan dikeluarkan dari membran plasma.
A.     Cara Hewan Memperoleh Makanan
Hewan memerlukan senyawa organik seperti karbohidrat, lemak dan protein sebagai sumber energi untuk menyelenggarakan berbagai aktifitasnya. namun kemampuannya untuk mensintesis senyawa organik sangat terbatas. Oleh karena itu hewan berusaha memenuhu kebutuhannya itu dari tumbuhan dan hewan lain. Organisme demikian dinamakan heteritrof.
Ada juga hewan yang dapan mensintesis sendiri berbagai senyawa organik esensial, contohnya Euglena. Meskipun demikian Euglena juga memerlukan vitamin (Faktor pertumbuhan) yang tidak dapat disintesis sendiri sehingga organisme tersebut tetap memerlukan senyawa organik dari sumber lain. Berdasarkan alasan tersebut, euglena disebut organisme mesotrof.
    Cara memperoleh makanan khususnya pada hewan tingkat rendah bervariasi, tergantung pada sususnan alat yang dimiliki serta kemampuannya untuk mempersiapkan makanan agar dapat diserap. Hewan yang belum memiliki alat pencernaan khusus seperti protozoa, parasit (endoparasit), dan cacing pita memerlukan makanan berupa zat organik terlarut. Hewan-hewan tersebutmengambil makanan melalui penyerapan atau pinositosis. Alat pencernaannya biasanya berupa vakuola makanan.
Tipe Makanan
Metode Makanan
Hewan Yang Menggunakan Metode Tersebut
Partikel Kecil
Pembentukan vakuola makanan menggunakan silia
Amoeba, Radiolaria, Spons, Bivalvia, Kecebong
Partikel/ Massa
Menelan massa Inaktif
Cacing Tanah (Detritus Feeder)
Cairan Atau Jaringan Lunak
Penyerapan melalui permukaan tubuh
Parasit, cacing Pita
Bahan Organik Terlarut
Mengambil makanan dari cairan
Invertebrata akuatik
Nutrien Hasil Simbiosis
Kerja dari alga simbiotik intraseluler
Paramaecium, Spons, Bintang karang, Hidra, Cacing pipih, dan Remis
Sumber : Schmidt-Nielsen, 1991. (dalam buku Fsiologi Hewan Pengarang: Wiwi I.)
B.     Sistem Pencernaan
Setelah mendapat makanan, hewan harus mencernanya dengan baik agar sari-sarinya dapat diserap oleh sel-sel tubuh.
a.    Sistem Pencernaan Makanan Pada Invertebrata Tingkat Rendah
Pada hewan Invertebrata tingkat rendah tidak mempunyai organ pencernaan khusus. Pencernaan terjadi secara intraseluler, yakni di dalam sel khusus. Seperti pada Porifera (hewan berpori) tidak mempunyai organ pencernaan makanan, tetapi mempunyai sel khusus yang disebut khoanosit. Selain itu seperti pada koelenterata berupa gastrovaskuler, yaitu ruang yang berfungsi untuk proses pencernaan sekaligus untuk sirkulasi. Sel yang membatasi rongga gastrovaskuler disebut gastrodermis. Sel ini mampu menyekresikan enzim ke ruang gastrovaskuler. Oleh karena itu, pemecahan bahan makanan secara kasar dapat berlangsung dalam saluran tersebut. Namun, pencernaan makanan secran lengkap tetap berlangsung secaa intraseluler.
b.    Sistem Pencernaan makanan Pada Protozoa
Dalam proses pencernaan makanan, protozoa memiliki mulut yaitu dengan memasukkan makananya melalui mulut kemudian menuju kerongkongan melalui sitofaring dan berakhir pada vakuola makanan (vakuola nonkontraktif). Sebaliknya bagi protozoa yang tidak memiliki mulut, yaitu dengan menelan secara utuh mangsanya melalui permukaan selnya. Sisa-sisa makanan akan dibuang melalui lubang pada ektoplasma.
Pada protozoa proses pencernaan makanan terjadi pada vakuola makanan. Mula-mula lisosom menyekresikan enzim pencernaan ke dalam vakuola makanan. Enzim tersebut menyebabkan suasana vakuola berubah menjadi asam sehingga bahan makanan tercerna. Selanjutnya terjadi pemisahaan berbagai garam kalsium. Hal ini menyebabkan suasana lingkungan dengan PH yang tepat bagi berbagai enzim untuk berfungsi secara optimal. Dala keadaan seperti itu, bahan makanan akan disederhanakan sehingga dapat diserap oleh sitoplasma. Berakhirnya proses pencernaan ditandai dengan adanya perubahan keadaan lingkungan dalam vakuola menjadi neral. Bahan makanan yang tidak dicerna dikeluarkan melalui proses eksositosis. Contoh lain misalnya pada paramaecium dilakukan pada vakuola kontraktil. Vakuola ini dapat ditemukan pada protozoa yang hidup di air tawar. Disebut vakuola kontraktil karena vakuola ini bisa membesar dan mengecil. Selain untuk eksresi vakuola kontartil juga berfungsi sebagai pengatur tekanan osmosis, itu sebabnya sering disebut sebagai osmoregulator.
Protozoa yang bersifat parasit akan menyerap makanan (berupa cairan tubuh inangnya) melalui seluruh permukaan tubuhnya. Protozoa yang memakan organisme lain yang lebih kecil seperti bakteri, alga disebut holozoik. Jika makanan protozoa dihasilkan sendiri melalui fotosintesis seperti pada tumbuhan hijau, maka protozoa disebut bersifat haloptik. Protozoa yang makanannya berupa bahan-bahan organic dari isa sisa tumbuhan disebut saprofitik.
 

Gambar 1.Proses amoeba dalam mencerna makanan

c.    Sistem Pencernaan Makanan Pada Cacing Pipih (Platyhelminthes)
Beberapa cacing pipih yang jidup bebas (non parasit) sudah mempunyai mulut, tetapi tidak mempunyai rongga pencernaan. Pada hewan tersebut makanan dicerna oleh sel jaringan dekat mulut, yang belum terorganisasi secara baik. Ada dua jenis cacing pipih yang mempunyai saluran pencernaan makanan sederhana yang mirip dengan ruang gastrovaskuler pada koelenterata, tetapi biasanya bercabang-cabang. Permukaaan tubuh cacing pipih sering digunakan untuk menyerap makanan. Untuk keperluan tersebut, cacing pipih mempunyai mikrofili yang serupa dengan mikrofili dengan usus halus manusia. Contoh cacing pipih yang kita kenal adalah planaria. Alat eksresi planaria disebut dengan sel-sel api atau flame cell. Cairan tubuh yang melalui sel api akan disaring, lalu zat-zat yang dikandungnya akan diserap oleh sel api. Gerakan bulu getar di dalam saluran sel api akan mendorong zat air ke arah saluran gabungan. Melalui saluran gabungan inilah akhirnya zat-zat sisa dibuang keluar melalui lubang eksresi.

 
Gambar 2. Anatomi cacing pipih : planaria
d.   Sistem Pencernaan Makanan Pada Cacing Tanah (Anellida)
Alat eksresi cacing tanah dikenal sebagai nefridium setiap nefridium dilengkapi corong terbuka atau nefrostoma yang terdapat pada setiap sekat pemisah somit (ruas tubuh). Corong tersebut melalui sekat menjadi pembuluh panjang yang mempunyai saluran berliku-liku yang terdapat pada setiap segmen berikutnya. Saluran berliku-liku ini dikelilingi pembuluh darah pada saat cairan melaui nefrida, zat-zat yang berguna akan diserap oleh darah, sedangkan cairan tubuh yang berupa zat sisa yang tidak berguna seperti air, senyawa nitrogen, dan garam-garam yang tidak diperlukan tubuh akan ditampung dalam kantong kemih, selanjutnya dikeluarkan melalui lubang-lubang nefridium.
e.    Sistem Pencernaan Makanan Pada Serangga
Alat eksresi serangga misalnya belalang, berupa pembuluh malpighi. Pembuluh ini melekat pada suatu atau ujung usus. Zat-zat sisa metabolisme (ekskrit) yang berupa senyawa nitrogen dari cairan tubuh diubah menjadi asam urat lalu diserap pembuluh malpighi dan diangkut ke usus terutama pada rektu air yang berlebih diserap oleh usus, sehingga kotoran serangga berupa butiran-butiran padat
Gambar 3. Anatomi Serangga
 

Sumber : www.google/image.com

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
    Dari makalah diatas menerangkan bahwa hewan tingkat reandah dalam mempertahankan hidupnya memerlukan energi, salah satunya dari makanan yang dimakannya.
Makanan merupakan sumber energi dan sumber bahan baku untuk membangun tubuh. Akan tetapi makanan yang masuk ke dalam hewan masih dalam ukuran kopleks sehingga energi yang terkandung didalamnya tidak dapat langsung digunakan. Maka hewan tersebut harus mencerna makanan terlebih dahulu untuk dapat memanfaatkan energi yang terkandung di dalamnya. Hewan tingkat rendah berbeda sistem dalam mencerna makanannya dengan hewan tingkat tinggi, seperti pada hewan protozoa yang  mengambil makanan dengan melalui penyerapan dan alat pencernaannya berupa vakuola. Pada Porifera (hewan berpori) tidak mempunyai organ pencernaan makanan, tetapi mempunyai sel khusus yang disebut khoanosit. Pada planaria tempan pencernaanya disebut dengan sel-sel api atau flame cell. Cairan tubuh yang melalui sel api akan disaring, lalu zat-zat yang dikandungnya akan diserap oleh sel api. Gerakan bulu getar di dalam saluran sel api akan mendorong zat air ke arah saluran gabungan, dan lain-lain.

3.2 Saran
a.       Diharapkan buku-buku mengenai sistem pencernaan makanan pada hwan rendah  sudah disederhanakan sedemikian rupa supaya pembaca mudah mengerti dan mengingatnya.
b.      Penambahan gambar dalam menerangkan pencernaan makanan pada hewan tingkat rendah perlu dimasukan, supaya pembaca mudah dalam memahaminya.

Share :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar